Sebagai investor, banyak faktor yang harus diperhatikan demi keselamatan portofolio kita. Simak di sini untuk mengetahui pengaruh IHSG pada reksadana.
Berinvestasi dalam aset apapun, kalian harus menyadari faktor-faktor yang melandasi pergerakannya. Contohnya saja jika investasi di reksadana dan saham, kondisi pasar dan pergerakan IHSG menjadi faktor yang perlu diperhatikan.
Kira-kira, sebesar apa ya pengaruh IHSG pada reksadana yang kita miliki? Simak penjelasannya di sini.
DI
|
Daftar Isi |
Korelasi Antara IHSG dengan Pasar Saham
IHSG adalah akronim dari Indeks Harga Saham Gabungan dan mencerminkan harga dari seluruh saham yang melantai di Bursa Efek Indonesia. Jika kalian ingin cek level terbaru dari IHSG di Google, simbol yang digunakan adalah IDX: Composite.
Cara menghitung level IHSG adalah dengan menjumlahkan seluruh harga saham yang ada, lalu membaginya dengan jumlah emiten tercatat. Jika level IHSG turun, berarti harga saham yang turun lebih banyak daripada yang naik. Sebaliknya, jika level IHSG menunjukkan kenaikan, ini merupakan indikasi bahwa saham-saham di dalamnya banyak diborong.
Simak Juga: Perbandingan Reksadana dan Saham, Lebih Untung Mana?
Bagi investor saham jangka panjang, tentu yang diharapkan adalah harga sahamnya terus naik. Meskipun begitu, ada juga investor yang menganggap penurunan IHSG adalah momen emas untuk serok bawah. Strategi ini juga bisa kalian terapkan ketika investasi reksadana, tapi tidak semua reksadana ya!
Sudah Tahukah Kalian Soal Jenis-Jenis Reksadana Ini?
Reksadana merupakan alternatif investasi yang cocok untuk pemula. Berbeda dengan investasi saham atau kripto yang mengajak kalian melakukan jual beli aset secara langsung, kalian akan dibantu oleh Manajer Investasi (MI) ketika berinvestasi reksadana.
Secara umum, reksadana yang tersedia di Indonesia meliputi Pasar Uang (RDPU), Campuran, Pendapatan Tetap, dan Saham. Semua reksadana ini mewakili aset-aset yang dikelola di dalamnya. Satuan harga untuk reksadana disebut Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau versi internasional disebut Net Asset Value (NAV).
Jika kalian berinvestasi pada RDPU, MI akan mengalokasikan dana kalian untuk membeli surat berharga dengan jatuh tempo di bawah satu tahun. Di RD pendapatan tetap, MI akan membelanjakannya pada obligasi pemerintah dan BUMN.
Ketika investasi di reksadana saham, maka sebagian besar dana investasi kalian (hingga 80%) akan dibelanjakan pada saham-saham yang dinilai potensial oleh MI. Di sinilah pengaruh IHSG pada reksadana akan sangat besar.
Mengulik Pengaruh IHSG pada Reksadana Saham
Dibandingkan reksadana yang lain, reksadana saham memiliki risiko yang paling tinggi. Hal ini karena pasar saham sendiri sangat aktif dan tidak selalu hijau.
Ketika IHSG mengalami penurunan level, hal ini mengindikasikan bahwa banyak pelaku pasar yang menjual emitennya. Sesuai hukum pasar, supply yang lebih tinggi daripada demand akan menyebabkan penurunan harga. Kemungkinan besar, saham yang di-hold oleh MI di reksadana saham kalian harganya juga tengah mengalami aksi jual.
Itu artinya, kalian harus siap dengan kemungkinan portfolio aset menjadi minus atau mengalami penurunan. Berbeda dengan portofolio saham yang di update secara real-time, NAB diperbaharui setelah penutupan pasar dan bisa kalian cek H+1.
Simak Juga: Reksadana Sedang Profit Atau Loss? Begini Cara Menghitungnya
Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, karena kalian tidak bisa mengambil aksi secepat trading saham. Jika kalian merasa bahwa IHSG turun karena terjadi koreksi sehat, maka tidak perlu melakukan aksi apapun. Ingat kembali bahwa reksadana saham merupakan investasi dengan risiko cukup tinggi.
Di samping itu, Manajer Investasi yang mengelola dana kalian biasanya memiliki batas risiko masing-masing. Karena itu, penting untuk memilih Manajer Investasi yang sudah berpengalaman dan handal. Caranya adalah dengan mempelajari fact sheet dan prospektus yang terlampir.
Cara Mengantisipasi Pengaruh IHSG pada Reksadana Saham
Lalu, apa yang harus investor lakukan ketika IHSG turun dan berdampak pada portofolionya? Langkah pertama adalah: Tetap tenang dan perhatikan kondisi perekonomian sekitar. Bisa jadi, IHSG mengalami penurunan karena sudah overbought.
Di samping itu, kalian bisa menerapkan hal-hal berikut:
Lakukan Diversifikasi Portofolio Reksadana
Selalu ingat untuk tidak menaruh telur hanya dalam satu keranjang. Misalnya saja kalian memiliki dana sebesar Rp500,000, maka bisa dialokasikan 30% untuk RDPU yang pergerakannya lebih stabil, 30% pada reksadana campuran, lalu 40% untuk reksadana saham.
Perhitungan diversifikasi tersebut hanya ilustrasi. Dalam penerapannya, bisa kalian sesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Jika kalian mudah gelisah ketika melihat portofolio menurun, sebaiknya hindari dulu investasi di reksadana saham.
Pilih Reksadana yang Sesuai Profil Risiko
Di poin atas, kalian sudah sedikit mendapat informasi soal profil risiko. Sebenarnya, ini adalah langkah paling awal yang harus dilakukan sebelum berinvestasi.
Pada umumnya, investasi memiliki prinsip high risk, high return. Sementara itu, profil risiko dibagi menjadi: Konservatif, Moderat, dan Agresif. Bagi pemilik profil investasi risiko konservatif, tidak perlu memaksakan diri berinvestasi pada reksadana saham yang lebih cocok untuk investor berprofil risiko agresif.
Dengan mengetahui pengaruh IHSG pada reksadana, diharapkan kalian bisa lebih bijaksana untuk berinvestasi. Yang jelas, jangan FOMO hanya karena kata “saham” terdengar keren, tapi pertimbangkan juga apa tujuan awal investasi kalian.