Investasi reksadana terbuka memang jauh lebih populer, namun apakah aset tersebut lebih menguntungkan? Berikut pertimbangan memilih reksadana terbuka atau tertutup yang bisa Anda gunakan.
Bagi sebagian besar investor, reksadana masih menjadi salah satu dari sekian banyak instrumen investasi yang banyak digunakan. Alasannya, investasi dengan reksadana sangatlah mudah dan dapat diakses siapapun. Untuk memulai, Anda tidak membutuhkan dana yang besar.
Selain kemudahan dalam memulai investasi, ada juga beberapa hal lain yang dapat Anda rasakan ketika berinvestasi dengan reksadana. Investasi reksadana menawarkan risiko yang kecil, likuiditas tinggi, diversifikasi akun, serta Manajer Investasi (MI) yang akan mengelola keuangan Anda dengan transparan.
Diketahui dari UU Pasar Modal, reksadana didefinisikan sebagai sebuah wadah untuk mengumpulkan dana masyarakat pemodal yang selanjutnya akan diinvestasikan ke portofolio efek oleh manajer investasi.
Apabila Anda tertarik dengan reksadana, artikel ini akan menjelaskan perbedaan antara reksadana terbuka dan tertutup agar investasi Anda menjadi lebih tepat sasaran.
DI
|
Daftar Isi |
Pengertian Reksadana Terbuka (Open End-Fund)
Reksadana terbuka atau open end-fund merupakan jenis reksadana yang mengizinkan investor pemula untuk membeli sebuah unit kapan saja dan tidak terikat pada suatu periode waktu tertentu.
Setelah membeli sekian unit reksadana melalui Manajer Investasi, Anda bisa langsung menjualnya kapan pun saat bursa dibuka melalui MI yang sama.
Reksadana terbuka dapat dijual dalam jumlah yang tidak terbatas kepada investor. Oleh karena itu, jenis reksadana terbuka selalu diperdagangkan di penghujung hari. Ketika transaksi perdagangan berhenti, saat itulah harga penutupan akan dihitung.
Untuk saat ini, ada empat jenis investasi reksadana yang dapat Anda pilih, yaitu:
Reksadana Saham (Equity Fund)
Apakah Anda ingin mencari saham yang dapat digunakan untuk investasi jangka panjang dalam waktu 3 hingga 10 tahun? Mungkin Anda dapat mencoba reksadana saham yang 80% fokus dananya ada pada portofolio efek saham atau ekuitas. Secara umum, efek saham akan memberikan Anda potensi return dengan lebih tinggi berupa meningkatnya harga saham serta pembagian dividen.
Simak Juga: Daftar Reksadana yang Memberikan Dividen
Reksadana Campuran (Balance Mutual Fund)
Reksadana campuran dapat Anda gunakan sebagai investasi dalam jangka waktu 5 tahun atau lebih. Portofolionya fokus pada campuran antara obligasi, sukuk, pasar uang, serta saham. Sedangkan untuk return-nya sendiri, reksadana campuran dapat memberikan Anda return sebesar 10% dan bisa jadi lebih per tahunnya.
Jika Anda ingin menikmati keuntungan investasi saham, reksadana campuran bisa menjadi pilihan yang tepat. Tapi, Anda juga harus aktif juga mengikuti perubahan di obligasi atau sukuk.
Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)
Selanjutnya, ada juga reksadana yang cocok bagi Anda yang ingin investasi hanya untuk jangka menengah sekitar 3 tahunan, yaitu reksadana pendapatan tetap. reksadana pendapatan tetap berfokus pada obligasi dan pasar uang dengan return bisa mencapai lebih dari 10% setiap tahunnya.
Untuk risikonya sendiri, reksadana pendapatan tetap memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan deposito yang sewaktu-waktu tidak dibayarkan bunganya oleh Bank. Namun apabila Anda membandingkan reksadana pendapatan tetap dengan reksadana pasar uang, risikonya jelas lebih besar.
Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund)
Jenis reksadana terbuka yang terakhir adalah reksadana pasar uang yang investasinya hanya untuk jangka pendek sekitar 6 bulan hingga 1 tahun. Maka dari itu, reksadana pasar uang hanya berfokus pada deposito dan surat berharga seperti deposito berjangka (time deposit), sertifikat deposito (certificate of deposit), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya.
Karena reksadana pasar uang lebih cocok bagi Anda yang ingin melakukan investasi jangka pendek, risiko investasinya tentu lebih kecil dan hanya memberikan return sebesar 1% hingga 5% per tahunnya. Namun, bukan berarti investasi jenis ini jelek ya. Reksadana pasar uang memiliki likuiditas yang cukup tinggi sehingga sangat cocok bagi Anda yang memang masih belajar investasi.
Simak Juga: Jenis-Jenis reksadana Berdasarkan Tingkat Risikonya
Pengertian Reksadana Tertutup (Close End-Fund)
Berbeda dengan reksadana terbuka, reksadana tertutup mempunyai mekanismenya sendiri. Bagi Anda yang ingin membeli unit menggunakan reksadana tertutup, Anda hanya bisa berinvestasi saat periode penawaran sedang dibuka. Oleh karena sifatnya yang tertutup, Anda jelas tidak akan bisa berinvestasi di luar masa periode yang telah ditentukan.
Selain itu, jika Anda mencapai target dana yang telah direncanakan atau periode penawaran telah berakhir, maka unit tersebut tidak akan dapat dibeli lagi. Cara kerja reksadana tertutup juga berbeda, yaitu investor hanya akan melakukan transaksi penjualan ke investor lainnya melalui bursa efek.
Unit yang telah dibeli juga tidak akan bisa dijual kembali ke perusahaan Manajer Investasi yang menerbitkan unit tersebut. Meski demikian, harga unit dalam reksadana tertutup kemungkinan bisa lebih mahal atau lebih murah daripada Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit.
Alasannya, unit hanya diperdagangkan antar investor alias dalam pasar sekunder. Oleh karena itu, harga jual sangat bergantung pada permintaan dan penawaran di pasar dan tentu saja mempengaruhi naik turunnya harga unit.
Dua jenis reksadana tertutup antara lain:
Reksadana ETF
Reksadana ETF memang tidak sepopuler reksadana saham Namun, bukan berarti reksadana ETF adalah alternatif yang tak menguntungkan. Faktanya, reksadana jenis ini dapat memberikan Anda return kompetitif dan sesuai dengan indeks yang Anda gunakan. Indeks yang digunakan sebagai acuan antara lain indeks saham maupun indeks obligasi.
Beberapa keuntungan yang dapat Anda nikmati dengan reksadana ETF adalah biaya transaksinya yang relatif kecil, pengelolaan secara pasif, dan kinerja aset dapat diukur menggunakan indeks acuan.
Reksadana Terproteksi
Reksadana terproteksi lebih fokus pada efek utang atau obligasi. Perlu diingat, proteksi nilai investasi awal hanya berlaku jika pemegang unit penyertaan memegang reksadana hingga jatuh tempo. Dalam periode tertentu, investor menerima pembagian hasil berupa dividen.
Adapun beberapa ciri-ciri reksadana terproteksi antara lain:
- Masa dan unit terbatas.
- Terdapat jatuh tempo.
- Ada indikasi atau perkiraan return.
- Risiko kredit atau wanprestasi.
Simak Juga: Belajar Investasi Aman di Reksadana Terproteksi
Perbedaan Investasi Reksadana Terbuka dan Tertutup
Dari penjelasan di atas, tampak bahwa reksadana terbuka dan tertutup memiliki mekanisme yang sangat berbeda. Untuk diketahui, masih ada beberapa perbedaan lain yang sebaiknya Anda pahami baik-baik:
Sifat dan Prinsip Penawaran
Reksadana terbuka dapat menawarkan unitnya pada investor secara terus menerus, sedangkan pada reksadana tertutup, hal ini menjadi terbatas dikarenakan sifatnya yang hanya memperdagangkan suatu unit dalam periode tertentu dan hanya melalui right issue.
Alur Penjualan Unit
Jika Anda melakukan investasi menggunakan reksadana terbuka, harga jual unit akan sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) harga pertama telah ditetapkan, misalkan sebanyak Rp1,000 per unitnya. Nilai tersebut akan dihitung mulai dari pembukaan pasar hingga penutupan. Dengan begitu, Anda sebagai pemegang aset terbuka dapat menjual kembali unit yang dimiliki jika Anda menginginkannya.
Hal tersebut berbeda dengan reksadana tertutup. Pasalnya, Anda tidak akan bisa menjual saham yang Anda miliki ke Manajer Investasi. Jika ingin menjual saham, Anda harus melakukan penjualan melalui bursa efek.
Aliran Dana
Seperti yang dijelaskan di atas, karena perhitungan Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada reksadana terbuka dilakukan setiap hari, aliran dana reksadana terbuka jelas akan berlangsung secara terus menerus. Pada reksadana tertutup, aliran dana tidak akan terjadi setiap hari karena perhitungan NAB dilakukan setiap satu minggu sekali.
Alur Pembelian Kembali
Ketika Anda ingin membeli kembali suatu unit, reksadana terbuka memberikan Anda akses untuk melakukannya ke perusahaan Manajer Investasi yang menerbitkan unit tersebut. Akan tetapi, alur pembelian kembali pada reksadana tertutup hanya dapat Anda lakukan melalui bonus.
Keuntungan
Baik reksadana terbuka maupun tertutup akan membuat Anda memperoleh cuan yang sama dengan keuntungan berupa capital gain, pendapatan dividen, serta Net Change NAV.
Baca juga: Cara Mudah Menghitung Keuntungan Reksadana
Capital gain adalah imbal hasil yang didapatkan investor dari transaksi efek. Pendapatan dividen adalah bagi hasil per saham yang akan diberikan pada investor, sementara Net Change NAV merupakan keuntungan bersih NAV yang terjadi dalam satu hari.
Pengaruh Transaksi Terhadap Harga Aset
Meskipun reksadana terbuka dapat Anda beli dalam jumlah yang banyak tanpa ada limit periode waktu pembelian, unit yang ada pada reksadana terbuka tidak akan dapat mempengaruhi harga unit. Harga yang ada pada reksadana terbuka telah disesuaikan dengan NAV/NAB. Sedangkan pada reksadana tertutup, transaksi yang terjadi akan mempengaruhi harga suatu unit.
Simak Juga: Cara Menghitung NAB reksadana
Lebih Baik Investasi Reksadana Terbuka atau Tertutup?
Reksadana terbuka memang lebih populer dibandingkan dengan reksadana tertutup karena lebih banyak ada di pasaran. Sementara itu, produk reksadana tertutup hanya ada di di perdagangan bursa seperti ETF. Dari sisi harga dan pajak yang dikenakan, ETF cenderung lebih murah.
Untuk memilih antara reksadana terbuka atau tertutup memang sebaiknya disesuaikan dengan profil investasi. Jika Anda tidak ingin terlalu banyak melakukan riset dan belum terlalu berani ambil risiko jangka panjang, reksadana terbuka bisa menjadi solusi simpel dan ideal.
Harga naik dan turun adalah hal yang wajar dalam suatu investasi. Namun bagaimana jika yang turun adalah reksadana? Ikuti ulasannya di Reksadana Turun? Ini yang Wajib Dilakukan Investor.