Following trend kerap dianggap sebagai cara termudah untuk trading Bitcoin. Pada kenyataannya, following trend tidak hanya soal mencari tapi juga mengukur kekuatan tren. Bagaimana caranya?
Pasar cryptocurrency memang terkenal dengan volatilitasnya yang tinggi. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu bursa terfavorit sekaligus paling berbahaya. Ada banyak orang yang jadi kaya cepat, namun tidak sedikit pula jatuh bangkrut karena trading kripto.
Salah satu aset kripto paling banyak diperjual-belikan, yaitu Bitcoin. Aset digital ini juga dianggap sebagai koin kripto yang memiliki pergerakan harga paling stabil dibandingkan altcoin.
Banyak orang mengatakan bahwa trading Bitcoin akan lebih mudah bila mengikuti arah tren atau following trend. Hal ini dikarenakan following dianggap sebagai sistem trading yang paling cocok dengan pemula. Namun pada kenyataannya, salah satu kesulitan yang sering dikeluhkan trader justru bagaimana cara open posisi sesuai dengan arah tren.
Hal tersebut menjadi wajar, sebab perlu disadari bahwa trading dengan following trend bukan sekadar bagaimana Anda tahu cara mengidentifikasi tren saat ini, namun juga mengenai bagaimana cara mengenali pergerakan harga selanjutnya. Hanya ada satu cara bagaimana mengenali pergerakan harga selanjutnya, yaitu mengukur kekuatan tren.
Meskipun Bitcoin sudah mulai terlihat pola pergerakan dan lebih stabil dibanding koin atau token kripto lainnya. Namun bila dibandingkan dengan seluruh pair forex, Bitcoin tetap lebih susah untuk diprediksi karena range pergerakan yang terlalu besar atau dalam artian Anda harus bisa mengukur kekuatan trennya.
Baca Juga: 3 Teknik Paling Ampuh Untuk Mengukur Kekuatan Trend
Bagaimana cara mengukur kekuatan tren Bitcoin? Salah satu cara termudah adalah menggunakan indikator True Strength Index (TSI). Tanpa banyak narasi lagi, berikut adalah pengenalan singkat dan cara mengukur kekuatan tren Bitcoin menggunakan TSI.
DI
|
Daftar Isi |
TSI, Indikator untuk Mengukur Kekuatan Tren Bitcoin
True Strength Index atau TSI adalah osilator momentum yang digunakan dalam analisa teknikal untuk menentukan momentum dan kekuatan tren Bitcoin. TSI memang salah satu indikator yang jarang terekspos dalam berbagai materi trading. Ini disebabkan karena TSI kalah pamor oleh Relative Strength Index (RSI) dan Moving Average Convergence Divergen (MACD).
Baca Juga: 5 Cara Trading Bitcoin Dengan MACD
Padahal TSI bisa sangat diandalkan untuk menentukan kekuatan dan arah tren, sehingga sangat bermanfaat bagi Anda untuk entry posisi baru ataupun menutup posisi. Selain itu, TSI juga dapat membantu menentukan apakah pasar sedang mengubah tren dan mengetahui pasar sedang overbought atau oversold, serta digunakan di semua grafik kerangka waktu. Tak heran bila indikator ini sangat berguna dalam trading kripto.
Menafsirkan True Strength Index
Ada beberapa cara berbeda untuk menafsirkan arti dari indikator TSI. Dalam analisis teknikal, Anda dapat menggunakannya untuk menentukan arah tren pasar, ataupun sinyal reversal. Selain itu, indikator TSI dapat digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Jika sinyal ditafsirkan dengan benar, Anda akan bisa menggunakan indikator TSI untuk entry atau exit posisi.
Baca Juga: Cara Baca Candlestick Kripto Untuk Menangkap Reversal
Membaca Arah dan Kekuatan Tren Bitcoin Menggunakan Garis Tengah
Indikator True Strenght Index memiliki nilai positif dan negatif, keduanya dipisahkan oleh garis tengah yang bernilai netral atau nol. Keberadaan garis nol ini sangat penting untuk Anda bisa menentukan arah tren. Akhirnya, banyak trader yang fokus pada garis tengah TSI untuk mendapatkan sinyal arah tren pasar.
Pada grafik harga Bitcoin bulan Oktober 2020 di bawah, TSI melintas ke atas garis tengah. Perlintasan pada indikator ini menunjukkan bahwa tren harga Bitcoin berubah menjadi positif bullish. Sebaliknya, jika sinyal TSI jatuh ke bawah garis tengah, maka hal tersebut dapat diartikan sebagai peralihan tren pasar yang bearish. Apabila tren tersebut kuat, indikator akan tetap berada di satu sisi garis tengah untuk waktu yang lama.
Level Overbought dan Oversold
True Strength Index adalah indikator terbatas dengan nilai antara 100 dan +100. Karena hasil perhitungannya, jarang ada sinyal yang mencapai bagian tinggi dan rendah dari kisaran indikator ini. Sinyal yang bisa mencapai level sangat tinggi, maka dianggap overbought. Sebaliknya, sinyal yang bisa jatuh hingga level sangat rendah dianggap oversold.
Pada grafik 4 jam Bitcoin di bawah, indikator TSI mundur ke bawah -25 untuk menandakan pasar dalam kondisi oversold. Setelah TSI naik di atas -25, Anda dapat mengartikan sinyal tersebut sebagai bagian dari pola bullish dan entry buy. Sekitar satu minggu kemudian, indikator TSI bergerak di atas +25 ke dalam kondisi jenuh beli. Saat indikator melintasi di bawah +25, sinyal memperingatkan tentang hilangnya momentum ke atas dan dapat segera entry sell.
Strategi Menggunakan True Strength Index
Setelah Anda mempelajari bagaimana cara membaca dan menafsirkan sinyal indikator TSI, maka sekarang saatnya untuk contoh strategi trading Bitcoin yang bisa menjadi bahan referensi ke depan.
Strategi 1: Analisis Multi Time Frame dan Crossover Garis Tengah
Salah satu alat indikator TSI yang paling efektif adalah persilangan garis tengah. Trader dapat membangun strategi di sekitar kekuatan ini dengan melakukan Multi Time Frame Analysis (MTFA).
Pertama, identifikasi arah tren pada grafik harian. Gunakan analisis sederhana price action atau garis tengah TSI untuk membantu Anda menentukan arah tren harian. Kemudian, ganti tampilan grafik ke time frame yang lebih kecil, seperti 1 jam atau 4 jam, untuk menemukan sinyal beli dan jual.
Baca Juga: 5 Mitos Trading Dengan Time Frame Harian
Saat tren harian yang naik, cari persilangan di atas garis tengah sebagai sinyal beli. Sedangkan pada tren harian yang turun, cari persilangan di bawah garis tengah sebagai sinyal jual. Hindari grafik harian yang menunjukkan keadaan sideways, karena validitas sinyal tidak akan bisa Anda konfirmasi.
Lihat pada grafik Bitcoin di atas, TSI tetap berada di atas garis tengah, menandakan tren bullish dari Oktober 2020 hingga April 2021. Karena arah tren harian dari Oktober 2020 hingga April 2021 adalah bullish, maka sinyal yang dicari hanya untuk peluang beli. Ketika muncul sinyal jual, maka posisi buy akan ditutup dan mulai menunggu sinyal buy muncul kembali. Intinya, entry sesuai arah tren dan exit ketika berbalik arah.
Strategi 2: MTFA dengan Sinyal Overbought dan Oversold
Strategi ini memiliki beberapa kemiripan dengan strategi pertama, namun memungkinkan Anda untuk mengambil entri awal ke dalam tren. Meski demikian, tetap ada risiko yang lebih tinggi dari strategi ini, yaitu Anda tidak bisa mengukur kekuatan tren Bitcoin, sehingga posisi entry menjadi lebih berbalik arah dibanding strategi pertama.
Langkah awal sama seperti strategi sebelumnya, yaitu tentukan arah tren harian. Selain itu, konsep dasar untuk memfilter sinyal juga sama, entry sesuai arah tren dan exit ketika berbalik arah. Jadi, perbedaannya hanya pada sinyal perdagangan yang digunakan, yaitu ketika indikator TSI telah melintas ke bawah level overbought +25 atau ke atas pembacaan oversold -25.
Pada grafik 4 jam Bitcoin di atas, dapat Anda lihat bahwa periode April hingga Juni 2021, arah tren Bitcoin sedang bearish. Dari data tersebut, coba Anda hanya fokus mencari untuk entry posisi sell saja. Apabila muncul sinyal buy, segera exit dari posisi sell dan tunggu sampai sinyal sell nampak kembali.
Strategi 3: Keluar dari Posisi Menggunakan Garis Tren TSI
Strategi ini berbeda dengan strategi pada umumnya, sebab selama ini Anda pasti sering menemukan strategi untuk "entry yang sempurna." Maka, strategi ini akan membantu bagaimana menemukan jalan keluar yang terbaik.
Jika Anda merasa ingin meningkatkan strategi exit posisi, maka penggunaan garis tren pada indikator True Strength Index bisa menjadi solusi terbaik. Ketika garis TSI menembus garis tengah, bukan berarti sinyal pada tren sebelumnya telah berakhir. Perhatikan contoh grafik di bawah ini.
Anda bisa menggunakan garis tren pada indikator TSI untuk menunjukkan posisi exit market yang paling potensial dan menguntungkan. Jadi, dengan strategi ini Anda telah memiliki cara entry dan exit yang paling menguntungkan untuk trading Bitcoin.
Kesimpulan
Meskipun indikator True Strength Index merupakan indikator multifungsi yang efektif untuk trading Bitcoin, TSI tetap memiliki keterbatasan. Pertama, perhitungan indikator TSI merupakan turunan dari harga sehingga tidak bisa mencerminkan gambaran masa depan secara akurat 100%. Meski demikian, TSI masih tergolong sangat akurat bila dalam konteks tren yang besar.
Kedua, penggunaan TSI pada time frame kecil memungkinkan adanya sinyal palsu yang banyak. TSI memang efektif dalam mengukur kekuatan dan tren momentum, tetapi sering kali dapat menghasilkan sinyal yang palsu. Salah satu cara untuk mengurangi jumlah sinyal palsu adalah dengan menggunakan Multi Time Frame Analysis seperti contoh strategi di atas.
Selain indikator True Strength Index, Multi Time Frame Analysis atau analisa multi time frame juga menjadi cara konfirmasi indikator BBMA Oma Ally, yaitu indikator atau sistem trading terkenal yang dibuat oleh seorang trader asal Malaysia bernama Oma Ally. Penasaran seperti apa caranya? Simak ulasan lengkapnya di artikel berjudul, "Analisa Multi Time Frame: Cara Konfirmasi Indikator BBMA OA."