Di penghujung tahun ini kita telah melihat perbedaan kebijakan moneter antar bank sentral. Sementara bank The Fed telah memulai pengurangan stimulus, ECB dan BoJ malah melakukan pendekatan yang dovish atau cenderung pada suku bunga yang rendah. ECB malah sedang mempertimbangkan kebijakan moneter lanjutan yang lebih dovish. Perbedaan kebijakan moneter antar bank sentral negara-negara mata uang utama tersebut akan berperan penting dalam menentukan trend pergerakan pasar forex tahun 2014.
Di penghujung tahun ini kita telah melihat perbedaan kebijakan moneter antar bank sentral. Sementara bank sentral Amerika Serikat (The Fed) telah memulai pengurangan stimulus, bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Jepang (BoJ) malah melakukan pendekatan yang dovish atau cenderung pada suku bunga yang rendah. ECB malah sedang mempertimbangkan kebijakan moneter lanjutan yang lebih dovish.
Perbedaan kebijakan moneter antar bank sentral negara-negara mata uang utama tersebut akan berperan penting dalam menentukan trend pergerakan pasar forex tahun 2014, dimana kita bisa melihat setelah pengumuman tapering 18 Desember lalu USD cenderung bullish. Saat ini bola berada pada bank sentral negara-negara partner AS untuk menentukan arah pergerakan harga selanjutnya. Nilai mata uang Euro yang lebih kuat akan menimbulkan masalah pada perekonomian kawasan yang tergantung pada ekspor, dan USD yang lebih kuat dari EUR tentu saja akan membatasi trend pergerakan EUR/USD yang sedang bullish saat ini, terutama setelah pengurangan stimulus The Fed mulai dilakukan.
Diperkirakan recovery ekonomi AS akan terus terjadi dalam tahun depan sehingga menimbulkan sentimen positif terhadap greenback dan menempatkan mata uang Euro sebagai risk currency. Jika skenario ini terjadi, pernyataan presiden ECB Mario Draghi yang akan berbuat apa saja yang mungkin untuk mempertahankan recovery ekonomi kawasan dan melindungi mata uang Euro akan jadi signifikan. Rencana kebijakan ECB tersebut tampaknya semakin dekat, Draghi dan kawan-kawan telah menyatakan lagi kemungkinan penerapan suku bunga negatif, setelah perpanjangan program pinjaman LTRO (Long Term Refinancing Operations) kemungkinan tidak akan dilakukan.
Yen Jepang akan menjadi mata uang yang paling rawan setelah pengurangan stimulus The Fed. Bahkan minggu lalu USD/JPY telah mencetak rekor level tertinggi baru dalam tahun ini pada 105.17. Defisit perdagangan telah membengkak hingga mencapai 1.35 trilliun Yen per Nopember lalu, dan ini sangat berdampak negatif terhadap mata uang Yen. Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan memperbesar kebijakan stimulusnya hingga 7 trilliun Yen (kurang lebih USD 75 milyard) dengan membeli Japanese Government Bonds (JGBs) setiap bulan.
Di Inggris, Bank of England (BoE) akan mempertahankan suku bunga tetap rendah hingga tingkat pengangguran turun ke angka 7%, dengan target inflasi 2%. Dengan data tingkat pengangguran bulan Oktober lalu yang mencapai angka 7.4%, terendah sejak tujuh bulan terakhir, BoE tampaknya akan menaikkan suku bunganya lebih cepat dari yang diperkirakan.
Sumber : www.forexcrunch.com :
Monetary policy divergence will guide future price actions of currency markets,
by Rajesh Mishra