AUD/JPY masih berada di baawah level 104.00 setelah hasil beragam pada data Tiongkok, 1 hari, #Forex Teknikal   |   USD/CHF naik menuju level 0.9100 di tengah lebih rendahnya produksi industri Swiss, 1 hari, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling mempertahankan kekuatan di dekat level 1.2700 meskipun dolar AS stabil, 1 hari, #Forex Teknikal   |   EUR/USDtetap bullish setelah koreksi hari Kamis, 1 hari, #Forex Teknikal   |   PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp136.4 miliar, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp12.9 miliar dari laba bersih di tahun buku 2023. , 1 hari, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0.42% ke level 7,277 pagi ini, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp300 miliar. , 1 hari, #Saham Indonesia

Minyak Naik Berkat Rencana Saudi Potong Produksi

Crypholic 5 Jun 2023
Dibaca Normal 2 Menit
forex > berita >   #harga-minyak   #minyak
Arab Saudi menyatakan rencana mereka untuk mengurangi produksi hingga 1 juta barel. Akibatnya, harga minyak naik hingga $78.65 per barel.

Harga minyak mentah menguat signifikan pada perdagangan hari Senin (05/Juni). Hal ini tak lepas dari rencana Saudi untuk memotong produksi besar-besaran dalam waktu dekat. Minyak Brent langsung terdongkrak naik hingga menyentuh $78.65 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS naik sampai menyentuh $74.96 per barel.

Arab Saudi Berencana Pangkas Produksi, Harga Minyak Naik

Pada pertemuan OPEC+ pada hari Minggu, Arab Saudi yang merupakan salah satu produsen utama minyak dunia berencana akan memotong produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada bulan Juli mendatang. Apabila rencana tersebut terealisasi, output Saudi akan menjadi 9 juta bph saja pada paruh kedua 2023.

Pada Januari 2024 mendatang, OPEC+ berencana untuk mengurangi target produksi menjadi sebesar 1.4 juta barel per hari. Dengan pengurangan ini, produksi minyak dari anggota seperti Angola, Nigeria, dan Rusia akan kembali mencapai tingkat output harian yang sebenarnya.

 

Perlambatan Ekonomi Jadi Alasan OPEC+ Pangkas Produksi

Keputusan OPEC+ memangkas produksi dilatarbelakangi oleh prospek perlambatan ekonomi global yang menekan pergerakan minyak. Apalagi, serangkaian rilis data ekonomi China belakangan ini semakin mengonfirmasi konsumen minyak terbesar dunia itu sedang menghadapi hambatan dalam pertumbuhan ekonomi.

Hal ini bertolak belakang dengan proyeksi sebelumnya yang memperkirakan permintaan minyak China akan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa tahun ini. Jika tak ada intervensi dari negara-negara OPEC, harga minyak berpotensi melemah lebih lanjut. Secara garis besar, harga minyak telah mengalami penurunan bulanan secara berturut-turut sebanyak lima kali pada akhir bulan Mei.

"Ini merupakan sinyal yang jelas bahwa OPEC+ bersedia menempatkan dan mempertahankan harga dasar minyak," kata Amrita Sen, salah seorang pendiri Think-Tank Energy Aspects.

Pendapat senada juga dikemukan oleh pengamat OPEC veteran, Garry Ross. Menurutnya, Arab Saudi telah memberikan respon yang tegas terhadap spekulan dan mereka jelas menginginkan harga minyak lebih tinggi.

Terkait Lainnya
 

Kirim Komentar Baru